FOOD CULTURE, CONSUMPTION, AND SOCIETY BY PAOLO CORVO Review

2.1 Food, Culture, and Society
Konsumen mengalami perubahan pangan secara mendalam akibat globalisasi dan proses indivualisasi di lingkungan. Keahlian dalam memasak mempengaruhi kehidupan sosial secara signifikan dan mengalami peningkatan, dimana berpengaruh pada budaya dan ekonomi. Suatu pangan dapat memberikan emosi dan rasa takjub ketika mencicipi sebuah pangan karena seni, keaslian, dan kreatifitas dipertimbangkan dalam pangan terutama bagi juru masak.
Aspek penting lainnya adalah keramahan antara lain seperti makan bersama dapat meningkatkan nafsu makan, dan makan lebih nikmat bersama perkumpulan. Ketika suatu orang makan bersama-sama, maka orang tersebut lebih cenderung makan lebih banyak daripada disaat individu tersebut sendirian. Makanan disebut relasi yang berarti dapat menggunakan teman ke acara makan atau makan bersama teman agar menghabiskan waktu dengan menyenangkan. Cerita cinta, pekerjaan, pertemanan lahir dari meja makan sehingga hal-hal sosial juga tumbuh seperti ramah tamah dan budaya dimana makanan dapat membawa kesejahteraan untuk individu dan setiap negara.
Budaya gastronomi (keahlian dalam memasak) mengalami pertumbuhan yang cepat dalam publikasi dan dimajalah, variasi kelas memasak, dan tidak kalah penting program mengenai juru masak yang hebat. Media juga menjadi penentu kesuksesan dunia makanan karena konsumen menjadi target utama dalam kesuksesan suatu dunia pangan. Seringkali makanan juga diperdebatkan dalam keluarga ataupun teman, terutama yang mempertimbangkan juru masak sebagai profesi mereka. Pengaruh media sangat kuat. Tetapi media juga harus paham mengenai hal yang diperdebatkan, apakah mereka memperdebatkan juru masak yang kasar atau topik acaranya menarik. Program acara yang berkaitan dengan pangan biasanya dapat disebut dengan “Food porn”.
Pengeluaran keuangan untuk tujuan sehari-hari belum sepenuhnya didedikasikan untuk makanan. Hal ini terlihat selama 25 tahun bahwa pengeluaran untuk membeli makanan menurun setengahnya, contohnya di negara Great Britain 9,1%, Kanada 9,6%, Australia 10,2%, Jepang 13,8%, dan Korea 12,2%. Orang-orang
cenderung membeli barang mewah, fashion, laptop, smart phones, menjelajah, kosmetik, dan mobil atau kendaraan lainnya lebih penting daripada makanan sehari-hari. Selain itu, ada pula mengambil kelas pelatihan memasak yang spesifik seperti koki, pastry chef, bakers, dan lain-lain untuk mengekspresikan diri dengan lingkungan, kepenting, dan bahan makanan.
Gastronomi ternyata sudah menurun akibat kelompok orang lebih suka makan di luar dan kurangnya edukasi gastronomi ke generasi selanjutnya. Hal ini membuat tradisi resep-resep, dan warisan budaya menjadi tak ternilai. Ditambah orang lebih suka, makanan siap saji, makanan beku, makanan kaleng, dan pizza yang dapat dibawa pulang. Bila tidak ada stimulus dan motivasi dalam memasak, orang akan lebih memilih restoran.

2.2 The forms and places of consumption
Hal yang menarik dalam dunia makanan adalah aspek pembelian. Rantai pasokan makanan pendek sebenarnya merupakan cara alternatif mendistribusikan makanan kepada kepada konsumen dan memiliki karakteristik utama antara lain tempat kedekatan antara tempat produksi dan tempat konsumsi, penyedia produk yang masih segar, dan tingkat interaksi tinggi antara produsen dan konsumen. Konsep dasar pasokan rantai pendek adalah memotong langkah-langkah tradisional distribusi. Selain itu juga memberikan pendapatan yang lebih tinggi untuk produsen, serta harga terendah untuk konsumen, ketersediaan produk yang segar, tujuan sosial, praktik pertanian yang berkelanjutan, keanekaragaman hayati, hubungan personal antara konsumen dan produsen.
Sebagai contoh Farmer’s Market, CSA (Community Supported Agriculture) di United Kingdom dan Amerika. CSA menciptakan jaringan solidaritas ekonomi yang baru, dengan cara memodifikasi konsep konsumeris dan individualistis yang berlaku di pasar dan masyarakat. Solidaritas tercipta antara produsen dan konsumen, tanpa perantara, memunculkan ekonomi baru di model sosial, yaitu komunitas. Rasa hormat, cinta, perhatian pada kualitas produk, pengembangan pekerjaan pertanian, dan semangat komunitas antara produsen dan konsumen terjadi. Hal inilah menjadi solusi
anonimitas pusat perbelanjaan, dimana konsumen tidak punya hak menanyakan produk. Adanya solidaritas dan konsumsi yang kritis mengubah hubungan dengan makanan dan nutrisi serta membuat ikatan sosial yang baru.
Menurut Corvo (2014), makanan jalanan atau street food sudah menjadi cara konsumsi umum di negara-negara Barat, karena alasan sosial, budaya, dan ekonomi. Makanan jalanan ini sukses dalam melakukan penjualan di Food Tracks, dimana mampu bergerak melalui berbagai perkotaan dan daerah yang berbeda menawarkan makanan-makan berkualitas. Dampak pertumbuhan populasi perkotaan, perluasan perkotaan membuat orang harus menghabiskan waktu perjalanan dari rumah ke tempat kerja mereka. Ditambah lagi campur tangan perempuan sebagai tenaga kerja, telah menyebabkan peningkatan permintaan relatif murah pada makanan siap saji. Hal ini menimbulkan kemunculan dan penyebaran makanan siap saji dari Amerika dan Eropa mmenyebar di jalanan dan gerobak-gerobak bermunculan. Karena makanan siap saji dan jajanan pinggiran lebih murah dibandingkan dengan restoran.

2.3 Crisis and the new patterns of food consumption
Krisis ekonomi dan sosial terjadi pada tahun 2007/2008, terutama di benua Eropa, terjadi permasalahan serius pada pekerjaan dan kesejahteraan. Krisis ekonomi ini membuat hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi seperti bisnis harus mengarah kepada ekonomi hijau. Tantangan utama bagi ekonomi hijau adalah kemungkinan untuk melakukannya meningkatkan pekerjaan, dan saat ini rumit dan strategis karakteristik untuk menghadapi krisis ekonomi global. Cukup yakin ini hanya dimungkinkan melalui energi, transportasi, dan pembaruan sektor kebijakan limbah dan dengan kemampuan perusahaan untuk memodifikasi proses industri dan mengembangkan keberlanjutan fitur produk. Di sektor pertanian, misalnya, sebuah program ekonomi hijau harus memulihkan dan melindungi alam ekosistem, perkenalkan praktik pertanian yang lebih menghargai lingkungan dan memanfaatkan varietas benih yang lebih besar. Lebih lanjut, professional pelatihan harus memainkan peran penting dengan mengkualifikasi ulang angka-angka dan tugas terkait dengan pekerjaan baru yang tersedia.
Konsumen juga dapat mengambil peran dalam ekonomi hijau ini dengan cara memperlambat konsumsi sumber daya planet dan mengaplikasi gaya hidup yang berkelanjutan. Hal ini sangat penting dimana masyarakat dapat memperbaiki, menggunakan kembali dan mengurangi. Hiperkonsumeris adalah sifat gaya hidup yang dimiliki masyarakat. Namun akibat krisis global, masyarakat terdorong untuk mempertimbangkan ekonomi hijau ini antara lain seperti memperbaiki sepatu, menggunakan pakaian kembali. Krisis memberikan peluang untuk memperbarui logika modernitas, mengalami cara yang berbeda dalam bekerja, konsumsi, dan keberadaan, hal ini disebut pengetahuan ekonomi.

2.4 Sociology of consumption
Berdasarkan dari segi sosiologi akibat krisis ekonomi adalah krisis sosial muncul karena mengarah pada beberapa perubahan signifikan dalam perilaku konsumsi. Beberapa perubahan perilaku tersebut adalah konsumen menjadi semakin sadar akan pentingnya rasio harga/kualitas, dan konsumen mencari penjual yang lebih baik seperti toko terdekat dan pasar petani serta pentingnya mengurangi limbah juga dilakukan seperti menggunakan kembali dan mengolah kembali.
Setiap individu membeli barang yang bergengsi baik untuk berpura-pura maupun tidak dari sudut pandang sosial dan ekonomi agar setara dengan kelompok kelas atas atau membedakan diri mereka sendiri. Sementara yang sudah di kelas atas menunjukkan “waktu senggang yang mencolok” yakni menghabiskan waktu mereka secara non-produktif dan “konsumsi yang mencolok” yaitu pembelian barang mewah. Namun pembelian untuk golongan kelas yang kurang mampu tersebut hanya untuk memanjat sosialitas dan tentunya harus bekerja untuk hidup. Yang membedakan elemen kelas atas menjadi kemampuan untuk menemukan cara terbaik untuk menghabiskan uang, mencoba belajar untuk mengkonsumsi dalam jumlah besar agar mengkesankan orang lain. Kelas bawah terus berusaha muncul dan mengejar kelas atas, disisi lain kelas atas sedang ditiru, dipaksa untuk berubah untuk menjaga perbedaan mereka.
Pemikiran sosiologi tentang konsumsi sangat bervariasi. Merek salah satu faktor yang penting dalam sosiologi konsumsi. Merek dapat merepresentasikan nilai ekonomi yang dimana digunakan dalam industri kapitalisme. Merek sendiri sebagai alat komunikasi dan sebagai lingkungan secara independent dimana produsen dan konsumen dapat menjalin hubungan. Melalui cara ini memungkinkan untuk mengubah menjadi nilai ekonomi dari suatu perusahaan, seperti misalnya inovasi, ide dan kreativitas dari individu yang dihasilkan melalui pengalaman pribadi. Karena itu, mereka memiliki peran sosial yang sangat penting, mempengaruhi cara kita menjalani hidup, dan membentuk struktur kota kita. Merek dapat membangun hubungan secara berkelanjutan. Selain itu merek juga meningkatkan selera ataupun gaya di kelas menengah dan rendah sehingga mengurangi jarak antara sosial elit.
Gaya hidup tentunya melekat di individu. Gaya hidup juga dapat dipengaruhi melalui model di lingkungan masyarakat. Selain itu terdapat hal-hal penting yang menyangkut gaya hidup seperti tradisi (jenis kelamin, usia, keluarga, pedidikan), nilai sikap (keyakinan agam, toleransi), dan perilaku (apa yang harus dibeli, bagaimana dan dimana membeli, perilaku hidup sehari-hari).

2.5 Problematics of food
Globalisasi memberikan dampak perubahan yang signifikan, pada resesi ekonomi membuat perubahan perilaku pada masyarakat, seperti konsumen termiskin cenderung membeli produk yang lebih murah, tidak sehat, dan tidak higienis. Tidak hanya dalam ekonomi akan tetapi pada sosial dan budaya terutama makanan. Semakin bertumbuhnya era globalisasi banyak makanan yang beredar dan bermacam-macam jenisnya, dari tradisional hingga modern fastfood. Perubahan yang dialami seseorang dapat terjadi akibat iklan-iklan yang bermunculan. Orang tua/dewasa harus dapat mengontrol anak-anaknya agar dapat memilih makanan yang cocok dan sehat. Pendidikan, budaya, dan sosial harus bekerjasama dan berkesinambungan agar dapat menyebarkan gaya hidup sehat terutama pada makanan yang sehat. Orang-orang yang berperan seperti guru, orang dewasa juga harus belajar mengenai hal-hal yang bersangkutan terhadap gaya hidup sehat dan makanan sehat.
Gaya hidup yang tidak baik harus diubah menjadi yang baik terutama bagi remaja. Remaja perlu pemantauan khusus dengan kebiasaan mereka terutama dalam mengonsumsi makanan junk food, karena makanan tersebut sangat mudah didapat dari mesin. Selain itu, para remaja juga memiliki keinginan kuat untuk bahan makanan yang mengarah tidak sehat. Sektor pendidikan harus mengedukasi mengenai bahan makanan yang berbahaya maupun tidak.
Mengomsumsi bahan makanan yang tidak sehat ataupun tidak diedukasi terlebih dahulu maka akan menimbulkan dampak negatif seperti penyakit pada tubuh. Apabila asupan kalori banyak akan tetapi aktivitas yang jauh lebih sedikit maka akan menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas termask diabetes, dan kardiovaskular. Penyakit tersebut penyebab kematian kedua setelah merokok. Masalah ini sering timbul pada orang-orang miskin karena tidak dijangkau oleh penyuluhan kesehatan dan gizi karena alasan ekonomi, lalu sering beralih pada makanan cepat saji, makanan tinggi lemak dan kaya akan gula. Hal ini terjadi di negara maju seperti Jepang dan Amerika dan negara berkembang seperti India. Di India terdapat 41 juta penderita diabetes dan di Cina jumlah remaja yang kelebihan berat badan meningkat hingga tiga kali lipat. Menurut PBB Food dan FAO, terdapat 1,4 miliar remaja dan lebih dari 1 miliar orang dewasa mengalami obesitas. Dari segi Pendidikan, sosial, budaya, mengatasi permasalahan ini tentunya dengan melakukan penyuluhan, mengatur diet atau pola makan, mengubah gaya hidup menjadi sehat, melakukan kampanye kesehatan. Dari segi ekonomi sosial, konsumen dapat memilih produk yang segar dan kualitas yang bagus. Kesejahteraan masyarakat perlu diperhatikan dengan cara mendorong gaya hidup yang lebih baik, baik dalam makanan, minuman, dan suplemen.
Hal lain dalam mengatasi masalah ini adalah pelabelan bahan makanan. Pelabelan menjadi faktor kunci yang memberikan jaminan untuk konsumen dengan menunjukkan kualitas dan orisinil. Orisinil produk, komposisi, dan kalori menyadarkan pembeli saat membeli barang. Produsen dan pengecer harus menghargai dan menghormati Codex Alimentarius yang berfokus pada produksi sehat dan berkelanjutan terhadap kualitas barang yang dijual.

2.6 Food, environment, and quality of life
Globalisasi berpengaruh terhadap sosial-budaya. Seperti halnya masyarakat mengikuti gaya dan budaya ke “Barat-barat”an. Lalu sektor ekonomi juga memiliki dampak pada dunia produksi dan tenaga kerja, institusi dan bisnis, kehidupan dan hubungan pribadi. Pada era globalisasi, perusahaan yang kinerjanya baik ditutup dan dipindahkan ke tempat dimana biaya tenaga kerja lebih rendah sehingga pekerja berisiko kehilangan perkajaannya. Meskipun terdapat serikat pekerja akan tetapi tidak dapat membantu karena tidak lagi menjamin hak-hak pekerja dan tidak dapat memuaskan tugasnya kepada institusi. Sehingga membutuhkan kebijakan yang lebih kuat lagi dan mengatur kembali program pelatihan dan pendidikan professional untuk mendukung orang yang diluar tenaga kerja juga. Globalisasi berkaitan dengan persaingan internasional.
Cara terbaik untuk mengelola persaingan internasional adalah pembauran pekerjaan yang fleksibel. Terlepas dari hal ini, terdapat faktor genting mengenai pekerjaan seperti keamanan kerja seperti durasi kerja yang singkat, pasar real estate yang sering tidak dapat diakses oleh generasi muda ketika tidak terdukung secara finansial oleh orang tua, dan kurangnya kepercayaan terhadap perubahan yang mungkin akan terjadi. Terlihat sangat sulit untuk mengubah mentalitas seseorang.

2.7 The search for well-being
Menurut ekonom otoritatif Layard (2005), terdapat tujuh faktor utama yang mempengaruhi kebahagiaan manusia adalah hubungan keluarga, keadaan ekonomi, pekerjaan, komunitas dan teman-teman, kesehatan, kebebasan pribadi, dan nilai pribadi. Kehidupan keluar dan pribadi merupakan faktor terpenting dari faktor lain yang mempengaruhi kebahagian seseorang, sedangkan pemutusan hubungan seseorang merupakan hal yang paling tidak membahagiakan melebihi sakit ataupun pengangguran. Manajemen waktu perlu sangat diluangkan untuk keluarga dan kesehatan akan meningkatkan kesejahteraan.
Terdapat empat makna yang berbeda kebahagiaan:
1. Kebahagiaan obyektif: adalah ketika kita berbicara tentang kondisi orang lain. Kita cenderung untuk mengkorelasikan keadaan dunia dan keadaan jiwa (Good luck);
2. Kebahagiaan sebagai pengalaman subjektif: gagasan tentang kebahagiaan mengacu perasaan, emosi, sensasi dan kondisi pikiran (Kesenangan);
3. Kebahagiaan sebagai kehidupan yang seimbang berdasarkan harmoni dan hanya berfokus pada hal-hal yang layak untuk diharapkan dan untuk orang-orang yang memang diinginkan nyaman untuk melakukan upaya (Kepuasan);
4. Kebahagiaan sebagai keseluruhan hidup, dalam totalitasnya, ditandai dengan saat-saat bahagia yang termenerus tetapi juga saat-saat penderitaan dan frustrasi (Good Life).

Komentar

Postingan Populer